Virus Corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 (coronavirus disease that was discovered in 2019), yang juga memiliki nama resmi SARS-CoV-2 memiliki sejarah tersendiri dalam perkembangannya hingga menjadi pandemi pada tahun 2020 ini.
Keluarga Virus ini umumnya menyerang sistem pernafasan makhluk hidup baik manusia ataupun hewan dengan cara menginfeksi lewat saluran pernapasan langsung misalnya menghirup udara yang mengandung/tercemar virus ini maupun kontak langsung dengan penderita. Itulah sebabnya, kita diwajibkan memakai masker dan tidak menyentuh area wajah yang digunakan sebagai pintu masuk virus untuk menginfeksi saluran pernafasan kita.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Pada kesempatan ini admin ingin berbagi informasi penting tentang virus corona sebagai gambaran umum agar kita lebih mengenal dekat dan berhati-hati, juga untuk mempelajari dan melihat perilaku virus yang sudah menjadi pandemi saat ini.
[ads id="ads1"]
Cara Virus Menginfeksi
Gambaran umum dari proses infeksi virus ke dalam paru-paru. Ketika kita menghirup udara secara langsung yang mengandung virus ini, maka virus tidak akan langsung aktif menyerang organ pernapasan makhluk hidup. Virus punya waktu beberapa hari untuk melakukan inkubasi dan mengikat lebih kuat kedalam sel inangnya. Saat proses inkubasi inilah peran imunitas tubuh sangat penting untuk memperlamat proses duplikasi virus.Berdasarkan penelitian dari Farmasi UGM, virus ini memiliki kemiripan dengan virus corona sebelumnya yakni SARS-CoV yang menyebabkan penyakit SARS pada tahun 2002-2003, virus ini disebut-sebut memasuki sel yang diinfeksinya melalui reseptor di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).
ACE2 adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel di beberapa organ seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus. Ikatan dengan reseptor ACE2 inilah yang membantu virus SARS-CoV masuk ke dalam sel inangnya.
Pertanyaanya kenapa virus SARS-CoV sebelumnya tidak mudah menular seperti virus SARS-CoV-2 yang sedang menjadi pandemi saat ini? Itu dikarenakan protein spike (yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap pada permukaan) memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia.
Virus Corona Terbagi Menjadi 3 Varian
Fakta mencengangkan selanjutnya adalah tentang mutasi virus corona. Para peneliti yang berasal dari Universitas Cambridge, Inggris dan Jerman telah menganalisa 160 genom virus corona yang berasal dari manusia. Dari hasil penelitian tersebut diketahui, terdapat 3 varian berbeda dari virus ini. Mereka menyebutnya sebagai varian "A", "B", dan "C".Virus Corona Telah Lama Ditemukan oleh Para Ilmuwan
Fakta lain selanjutnya adalah terkait penemuan virus corona. Virus corona telah lama ditemukan oleh para ilmuwan. Tepatnya pada tahun 2002, di Provinsi Guangzhou China, sejenis virus tak dikenal menyebabkan wabah mematikan, yang lalu disebut ilmuwan sebagai SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).Penyakit ini disebabkan oleh virus corona, yang muncul pada hewan kemudian menyebar ke manusia. Dalam beberapa bulan, SARS menyebar ke 29 negara, menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menewaskan sekitar 800 orang.
Pengembangan Vaksin Virus Corona Terhambat
Tepatnya pada tahun 2002, ketika pertama kali virus ini ditemukan dan telah menyebar ke 29 negara yang telah menewaskan sekitar 800 orang. Vaksin kemudian dikembangkan untuk melawannya. Puluhan ilmuwan di Asia, Amerika Serikat dan Eropa mengembangkannya. Beberapa calon vaksin muncul, dan siap untuk diuji coba secara klinis.Pengembangan vaksin untuk virus ini terhambat dikarenakan kepentingan bisnis. Dikarenakan pada saat itu epidemi SARS berhasil dikendalikan dan para peneliti tak bisa mendapatkan dana untuk pengembangan vaksin lebih lanjut.
Tidak hanya vaksin yang dihentikan. Puluhan ilmuwan juga menghentikan penelitian mereka karena menghilangnya minat dan dukungan dana yang diberikan untuk pengembangan vaksin ini.
[ads id="ads2"]
Virus Corona dapat Hidup sampai Lima Hari pada Benda Mati
Sebuah studi menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di permukaan benda mati selama lebih dari seminggu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, saat ini belum jelas apakah seseorang bisa mendapatkan COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.Pada dasarnya patogen manusia dapat bertahan di permukaan dan tetap menular pada suhu kamar hingga sembilan hari. Dengan kata lain, virus apapun dapat hidup di permukaan yang terkontaminasi hingga dua jam. Sementara itu, virus corona dapat bertahan antara empat dan lima hari di berbagai benda yang berbahan seperti alumunium, kayu, kertas, plastik, dan kaca.
Berikut rincian berapa lama virus corona dapat bertahan hidup jika menempel di benda mati:
- Aluminium Virus corona dapat bertahan di alumunium selama 2 hingga 8 jam sejak pertama kali bersentuhan dengan orang yang membawa virus tersebut.
- Sarung Tangan Operasi Sarung tangan yang banyak digunakan oleh tenaga ahli kesehatan ini dapat disinggahi oleh virus corona selama tenggang waktu 8 jam.
- Besi Besi menjadi salah satu materi yang paling sering disekitar kita, seperti gagang pintu, pagar, dan sebagainya. Virus corona dapat bersemayam selama 4-8 jam.
- Kayu Berbeda dengan besi, aluminium, dan sarung tangan, kayu dapat menjadi tempat virus corona dengan rentang waktu yang lebih lama yaitu berkisar empat hari sejak tersentuh.
- Kaca Sama seperti kayu, kaca juga menjadi materi atau wadah tempat virus corona menempel selama empat hari.
- Kertas Virus ini dapat bertahan hidup di kertas selama kurun waktu 4-5 hari sejak disentuh oleh orang yang membawa virus tersebut.
- Plastik Plastik bukan hanya sulit diurai, ternyata plastik juga dapat menjadi tempat singgah virus corona. Hal ini dapat dihitung saat pertama kali disentuh, virus corona dapat bertahan selama 5 hari.
Disamping itu, usia virus corona yang menempel di benda mati juga tergantung pada suhu. Suhu rendah dan kelembaban udara tinggi akan semakin meningkatkan atau memperlama umur mereka.
Beberapa Penderita Tidak Merasakan Gejala Serius
Pada beberapa kasus terdapat beberapa orang yang tidak memiliki gejala COVID-19 tapi positif terinfeksi virus ini. Orang Tanpa Gejala (OTG) merupakan kategori baru dalam pedoman penanganan virus corona yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI.Riset yang meneliti awal penyebaran virus corona di China juga membuktikan, orang yang terinfeksi virus dan hanya menunjukan gejala ringan menjadi salah satu faktor merebaknya COVID-19.
Mudah Hancur dengan Sabun
Virus corona, bisa hancur dan mati jika terkena sabun. Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk rajin cuci tangan dengan air dan sabun untuk mencegah infeksi Covid-19.Lalu, mengapa sabun efektif untuk membunuh virus corona? Jawabannya ada pada susunan virus itu sendiri. Virus corona pada intinya tersusun atas tiga bagian, yaitu DNA atau RNA yang menjadi inti dari virus, protein yang merupakan bahan baku virus untuk memperbanyak diri, dan lapisan lemak sebagai pelindung luarnya.
Ketiga bagian tersebut sebenarnya tidak terikat dengan kuat satu sama lain. Sehingga, saat lapisan lemak tersebut hancur karena sabun, maka virus tersebut pun akan hancur dan mati.
Jadi, imbauan untuk mencuci tangan adalah langkah yang valid dan sangat efektif untuk mencegah penularan Covid-19. Jika Anda rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, maka kemungkinan virus berpindah dari tangan dan masuk ke dalam tubuh akan berkurang drastis.
Bisa Dikalahkan oleh Antibodi
Infeksi SARS-CoV-2 bisa terjadi dalam beberapa tingkat keparahan, mulai dari yang ringan hingga parah. Pada pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan, infeksi ini bisa sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuhnya baik.Sebuah penelitian yang dilakukan di Australia mengamini bahwa salah satu kelemahan virus corona adalah dalam menghadapi antibodi yang sehat. Penelitian ini melihat secara teratur kadar antibodi yang dihasilkan oleh seorang pasien Covid-19 berusia 47 tahun dengan gejala ringan hingga sedang.
Pasien tersebut tidak memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi atau diabetes. Kondisi tubuhnya secara keseluruhan sehat dan hanya terdapat satu infeksi yang sedang terjadi, yaitu Covid-19.
Pada hari ke 7-9 sejak gejala Covid-19 pertama kali muncul pada pasien tersebut, sejumlah antibodi mulai terbentuk di tubuh. Ini tandanya, tubuh tengah mengeluarkan berbagai senjatanya untuk berusaha melawan virus corona. Beberapa hari setelah antibodi terbentuk, tubuh pasien tersebut mulai membaik.
Memang masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar lagi untuk melihat pola "peperangan" antara virus corona dan antibodi. Namun, penelitian di atas bisa dijadikan sebagai pengingat pentingnya menjaga daya tahan tubuh dengan menjalani gaya hidup yang sehat.
Bisa Dibunuh dengan Disinfektan
Virus corona ada banyak jenisnya. Ada virus corona yang menyebabkan SARS, MERS, dan saat ini jenis yang baru ditemukan, mengakibatkan Covid-19. Masing-masingnya memang memiliki perbedaan dan masih butuh lebih banyak penelitian. Namun sejauh ini, diketahui bahwa secara umum karakter keluarga coronavirus cukup mirip, yaitu dianggap lemah jika harus berhadapan dengan bahan disinfektan.Berdasarkan hasil penelitian, virus corona penyebab SARS dan MERS bisa bertahan di permukaan benda seperti metal, kaca, atau plastik hingga beberapa hari. Meski sejauh ini belum ada penelitian mengenai ketahanan virus penyebab Covid-19 di permukaan, tapi diduga hasilnya tidak jauh berbeda dari sepupu sesama virus corona lainnya.
Kabar baiknya, virus tersebut dianggap bisa nonaktif dengan bahan disinfektan seperti alkohol dengan kadar 60-70%, hidrogen peroksida 0,5%, atau sodium hipoklorit 0,1%.
Posting Komentar